Makalah Al-Islam Kemuhammadiyahan
Monday, January 6, 2020
MAKALAH
MENGHIDUPKAN SEMANGAT AL ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN
DI SEKOLAH
PENDAHULUAN
Muhammadiyah mempunyai peran yang banyak bagi bangsa Indonesia.
Dipelopori oleh KH Ahmad Dahlan yang mempunyai visi perubahan berkemajuan.
Muhammadiyah adalah gerakan pembaharuan Islam yang bergerak dalam bidang
pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan pemberdayaan masyarakat. Pembaharuan dalam
bidang pendidikan telah dilakukan Muhammadiyah melalui tiga hal, pertama
kurikulum. Pendidikan Muhammadiyah mengajarkan studi agama dan studi umum
sekaligus, kedua, pembaharuan metode pembelajaran dari paradigm klasik-modern,
ketiga, pembaharuan institusional yaitu perpaduan antara sitem pesantren dan
sekolah. Pembaharuan itu tentu akan terus dinamis mengikuti perubahan zaman
yang serba cepat.
Pendidikan bagi Muhammadiyah mempunyai arti penting karena melalui
pendidikan inilah pemahaman tentang ajaran agama Islam dapat ditanamkan dan
diwariskan dari generasi ke generasi. Muhammadiyah melkukan program yang nyata
dengan mengembangkan pendidikan. Ada dua segi yang menjadi sasaran pembaruan,
yaitu cita-cita dan tekhnik pengajaran Al Islam dan Kemuhammadiyahan
Bagi guru dan karyawan dalam meningkatkan semangat bermuhammadiyah
diadakan program darul arqam. Pelaksanaan Pendidikan Al Islam dan
Kemuhammadiyahan dapat mengubah sikap/karakter sesuai dengan arah dan tujuan
dan visi sekolah Muhammadiyah yang menjadikan ciri khusus sekolah Muhammadiyah.
Pendidikan Muhammadiyah memiliki empat fungsi, yaitu: Pertama
sebagai sarana pendidikan dan pencerdasan, Kedua, pelayanan masyarakat, dakwah
amar ma’ruf nahi munkar dan Keempat, lahan kaderisasi. Misi pendidikan
Muhammadiyah tersebut sekaligus menjadi solusi dan respon terhadap keringnya
ruh keagamaan dalam pendidikan. Muhammadiyah memiliki ciri khas yaitu
pendidikan al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK). Dua hal itu menjadi ciri khas
sekaligus solusi dalam mengisi kekeringan ruh spiritual dalam pendidikan, baik
pada pendidikan dasar dan menengah maupun pada pendidikan tinggi di
Muhammadiyah. Seluruh Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) pendidikan harus
melaksanakan pendidikan al-Islam dan Kemuhammadiyahan sebagai fondasi
pendidikan. AIK yang sudah berjalan pada lembaga Muhammadiyah harus
dioptimalkan fungsinya. Sehingga empat peran dan misi pendidikan Muhammadiyah
dapat berjalan seperti yang di cita-citakan. Realitas dilapangan yang
menganggap kurang begitu pentingnya AIK di pendidikan Muhammadiyah. Semangat
yang kian melemah itu perlu segera kita respon positif.
Optimalisasi pembelajaran AIK bagi guru dan karyawan di sekolah
Muhammadiyah dan memvitalkan kembali fungsi AIK yang sudah berjalan dengan
mempertimbangkan beberapa aspek.
Tujuan pendidikan Muhammadiyah yang dalam grand desain rencana yang
akan mendorong terwujudnya Indonesia yang berkemajuan harus dimulai dengan
optimalisai AIK di sekolah-sekolah Muhammadiyah.
Melihat pada keputusan Muktamar 43 banda aceh tentang bidang
pendidikan meliputi yaitu pertama, peningkatan kualitas Pendidikan Dasar dan
Menengah Muhammadiyah dilakukan dengan empat tema pokok, yaitu pengembangan
kualitas, pengembangan keunggulan, pengembangan kekahsan program dan pengenmabngan
kelembagaan yang mandiri. Kedua, Menata kembali kurikulum Pendidikan Dasar dan
Menengah Muhammadiyah pada semua jenjang dan jenis sekolah Muhammadiyah yang
meliputi pendidikan al-islam kemuhammadiyahan dan sebagai kekhasan sekolah
Muhammadiyah, spesifikasi setiap wilayah sesuai kebutuhan dan kondisi setempat,
pendidikan budaya dan seni yang bernafas Islam (Subarkah, 2017).
Menurut Tasman Hamami menjelaskan bahwa selama ini pembelajaran
Al-Islam dan Kemuhammadiyahan di berbagai sekolah Muhammadiyah, masih
menghadapi problem, di antaranya pada kurikulumnya, sistem pembelajarannya dan
guru.
Pertama, kurikulum dan sillabus:
(1) Belum didesain dengan baik sehingga tidak relevan dengan visi
dan misi Muhammadiyah;
(2) Masih menitikberatkan aspek pengetahuan, kurang memperhatikan
aspek afektif dan
kepribadian (akhlak);
(3) Banyak pengulangan materi pendidikan AIK dari lembaga
pendidikan sebelumnya, tanpa
ada pendalaman;
(4) Kurang sinkron antara tujuan, materi, metode pembelajaran, dan
evaluasi;
(5) Lebih padat materi tetapi kurang makna.
Kedua, guru/pendidik:
(1) Belum dipersiapkan secara profesional.
(2) Belum semua guru umumnya memiliki komitmen terhadap pencapaian
tujuan pendidikan
AIK. (3) Belum dimiliki oleh semua
jurusan.
(4) Masih sedikit yang memanfaatkan multimedia.
Ketiga, bagi siswa:
(1) Belum mendapatkan layanan pembelajaran secara profesional.
(2) Belum diberi tantangan untuk mengembangkan kepribadian dan
perilaku atas dasar tujuan
dan kompetensi pembelajaran AIK.
(3) Perlu lebih dimotivasi agar mahasiswa memiliki kebutuhan
pengembangan diri melalui
proses pembelajaran AIK.
Keempat, sumber belajar:
(1) Kurang tersedia buku referensi dan buku teks secara memadai.
(2) Kurang tersedia multimedia pembelajaran.
Kelima, kebijakan:
(1) Belum semua pimpinan menempatkan prioritas penting bagi
pendidikan AIK.
(2) Belum ada pendekatan khusus di PTM yang memiliki mahasiswa.
Dari berbagai permasalahan tersebut maka perlunya optimalisasi
pendidikan Al Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) pada guru di sekolah
muhammadiyah untuk mencapai tujuan pendidikan Muhammadiyah. Selain itu juga
perlu pedoman pendidikan AIK yang komprehensif guna mencapai tujuan pendidikan
Muhammadiyah.
PEMBAHASAN
Al Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK)
Isi pendidikan AIK adalah ilmu pengetahuan tentang Islam baik aspek
normatif maupun historis. Materi pokok Pendidikan AIK selama ini meliputi lima
aspek: alQur’an-Hadits, Aqidah, Akhlak, Fiqih, dan Kemuhammadiyahan
(Muhammadiyah, 2013).
Materi pokok AIK ini disamping memiliki kelebihan juga ada
kelemahannya. Kelebihannya lebih bersifat akademis dan kelemahannya adalah
kurang dalam memfungsikan agama sebagai landasan moral, motivasional dan
spiritual dalam memecahkan problem kehidupan. Materi AIK lebih diarahkan pada
pengembangkan karakter manusia baik (saleh dan ihsan) yang berbuat baik bagi
kepentingan seluruh manusia (muslim dan non-muslim) sebagai bukti keislaman
seorang Isi pokok materi AIK perlu direkonstruksi dari keilmuan normatif dan
historis Islam kepada dimensi-dimensi kehidupan. Dengan cara inilah mahasiswa
dapat kembali kepada al-Qur’an dan Hadits secara cerdas dan fungsional.
Dalam era keterbukaan informasi, kemudahan komunikasi dan
multikulturalisme, pendidikan yang bersifat transfer of knowledge akan
kehilangan relevansi. Pendidikan AIK yang bersifat transformatif bukan sekedar
mentransfer ilmu, melainkan mentransformasikan mindset, pola pemikiran dan
metodologi. Dengan cara seperti ini, mahasiswa akan mampu mengolah ilmu/informasi
yang didapatkan secara kritis, reflektif dan terbuka bukan hanya untuk mencari
yang benar, tetapi yang paling benar.
Dalam konteks pemikiran keagamaan, pendidikan yang transformatif
akan membentuk mind-set yang tidak taklid buta dan tidak ta’asub golongan atau
mazhab, melainkan mampu membedakan permasalahan yang ushul dan yang furu’, mana
yang partikuler dan mana yang universal. Pendekatan pembelajaran AIK harus
dapat menggembirakan, mencerdaskan dan mengimankan mahasiswa dengan
memperhatikan kecerdasannya.
Pendekatan yang bersifat indoktrinatif dan memandang sesuatu secara
hitam putih dianggap tidak relevan lagi. Metode pembelajaran AIK harus kreatif,
inovatif, dan bervariasi sehingga dapat memberi tantangan dan membangkitkan
minat serta kebutuhan mahasiswa terhadap AIK.
Evaluasi pendidikan AIK yang lebih megutamakan hasil belajar aspek
kognitif cenderung menghasilkan siswa yang having religion dan kurang memiliki
kemandirian belajar. Evaluasi yang diutamakan jenis portofolio, yaitu evaluasi
yang mencakup proses, hasil dan umpan balik. Evaluasi proses dan hasil belajar
AIK juga melibatkan siswa. Mereka dapat menilai kesungguhan, keterlibatan,
kreatifitas dan pencapaian hasil belajar.
Setelah mendapat pendidikan Al Islam dan Kemuhammadiyahan, siswa
diharapkan dapat memahami, menghayati, mempraktekkan nilai-nilai Al-Islam dan
Kemuhammadiyahan, baik dalam menjelaskan pemahaman, mempraktekan keterampilan
tertentu, ataupun mengamalkan nilai-nilai baik dalam menjalankan amalan yang
diperintahkan maupun meninggalkan perbuatan yang dilarang. Oleh karena itu
penilaian yang diberikan oleh guru Al Islam dan Kemuhammadiyahan adalah
penilaian yang bersifat akumulatif, dari nilai ujian praktek Al Islam dan
Kemuhammadiyahan, data bukti atau catatan pelanggaran siswa, maupun perilaku
mereka. Sehingga penilaian itu menggambarkan keseluruhan perilaku siswa dalam
seluruh aspek kehidupannya.
Untuk melihat peran pendidikan Al Islam dan Kemuhammadiyahan dalam
membentuk akhlakul karimah. Sebelum memetik hasil sikap akhlakul karimah,
terlebih dahulu ditanamkan aqidah yang kuat kepada siswa. Oleh karenanya
pelajaran aqidah dan akhlak harus terus beriringan dan saling berkaitan.
Penanaman itu dilakukan dengan menerapkan budaya disiplin, budaya bersih,
budaya rapi, budaya ramah, senyum dan sapa. Selain itu membudayakan sholat
tepat waktu, kultum setelah shalat zuhur dan zikir dan do’a setelah sholat.
Dalam mengungkapkan kedisiplinan dalam menjalankan pembelajaran, siswa mengakui
peran Al Islam dan Kemuhammadiyahan dalam mengatur waktu semaksimal mungkin.
Pembiasaan tata tertib di kelas saat perkuliahan Al Islam dan
Kemuhammadiyahan terbukti dapat mencetak pribadipribadi siswa yang menjunjung
tinggi kedisiplinan dalam menjalankan tugasnya sebagai siswa. Kepatuhan yang
berawal dari keterpaksaan karena aturan, berangsur-angsur menjadi sebuah
perilaku yang benar-benar timbul atas kesadaran pribadi yang memunculkan sikap
kedisiplinan.
PENUTUP
KESIMPULAN
Sekolah Muhammadiyah dalam mengoptimalkan pendidikan Al Islam dan
Kemuhammadiyahan (AIK) dengan penerapan kurikulum yang tepat dan
mengimplementasikan di sekolah. Seperti melaksanakan shalat dhuha, shalat zuhur
dan asar berjamaah.
Membudayakan disiplin tinggi, dan membudayakan akhlak yang baik
disekolah seperti berjabat tangan, mengucapkan salam, senyum dan menyapa guru.
Bagi guru dan karyawan dalam meningkatkan semangat bermuhammadiyah diadakan
program darul arqam.
Pelaksanaan Pendidikan Al Islam dan Kemuhammadiyahan dapat mengubah
sikap/karakter ke arah yang lebih baik setelah benar-benar sesuai dengan arah
dan tujuan dan visi sekolah Muhammadiyah. Pendidikan Al Islam dan
Kemuhammadiyahan menjadikan ciri khusus sekolah Muhammadiyah.